Sejauh ini telah teridentifikasi
sekitar 750 famili, 43.000 spesies, dan 35.000 varietas hibrida anggrek dari
seluruh penjuru dunia. Indonesia sekurannya memiliki 5.000 spesies. Dari jumlah
itu, 986 spesies tersebar di hutan-hutan di Pulau Jawa, 971 spesies berada di
Pulau Sumatra, 113 spesies tumbuh di Kepulauan Maluku, dan sisanya bisa
ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.
Anggrek merupakan salah satu tanaman
hias yang sangat popular. Saking populernya, semua orang rasa-rasanya pasti
mengenalnya. Terlebih dalam budaya urban, anggrek lazim dipergunakan untuk
berbagai ritus sosial. Sebutlah seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi
ruangan, ungkapan rasa cinta, atau sekadar untuk memberikan selamat pada momen
perayaan maupun ungkapan duka cita pada momen kematian.
Namun demikian barangkali saja masih
banyak yang belum tahu, tanaman ini dulunya justru dianggap sebagai
representasi kaum laki-laki. Setidaknya jika menyimak pada pemberian istilah
atau penamaan tanaman ini. Kasat mata bahasa yang dikenakan memiliki artikulasi
maskulin daripada feminim.
Seperti diketahui, anggrek termasuk
dalam family Orchidaceae. Berasal dari bahasa Yunani, orchid,
yang secara etimologis berasal dari kata orchis yang berarti “testicle”
atau buah zakar. Istilah orchid sendiri diintroduksi pada 1845 oleh John
Lindley sebagai kependekan dari orchidaceae.
Merujuk Ayub S Parnata dalam Panduan
Budi Daya dan Perawatan Anggrek (2007), konon, pada zaman dahulu di Yunani,
anggrek biasa diidentikkan dengan keberadaan kaum pria, baik itu terkait warna
dan bentuknya. Anggrek jadi representasi yang melambangkan kesuburan dan
kejantanan. Bahkan di sana juga ditemui mitos, jika mengonsumsi anggrek muda
maka seorang bisa memilki anak laki-laki, dan jika mengonsumsi anggrek tua
melahirkan anak perempuan.
Indonesia memiliki mitos lainnya.
Sebutlah misalnya anggrek kalajengking atau yang dikenal dengan nama ilmiah Arachnis
flos-aeris. Berbentuk menyerupai kalajengking atau ketonggeng, bunga ini
pertama kali ditemukan Schlechter di Minahasa pada 1911. Berada di daerah
berketinggian 800—1.000 meter, bunga ini dipercayai membawa sugesti buruk bagi
yang menanamnya. Konon, siapapun yang menanam anggrek jenis ini biasanya akan
memengalami kesusahan hidup, seperti sering terserang penyakit, rumah tangga
tak harmonis, dan lainnya.
Tentu salah jika di sini kita
bermaksud bergerak lebih jauh mendedah kebenaran mitos dan sejarah
terkontruksinya mitos anggrek sebagai simbol kaum laki-laki. Pun mendedah
kebenaran dan makna mitos anggrek kalajengking, juga bakalan berujung
kesia-sian. Pasalnya mitos sering memiliki logika pemahaman tersendiri, yang
seringkali tidak mudah dipahami oleh rasionalitas modern.
Ketimbang bicara soal mitos anggrek,
di sini tentu akan menjadi bermakna penting sekiranya kita bergerak lebih jauh
untuk mengenali kekayaan dan keanekaragaman hayati di sekitar kita. Ya,
sekalipun luas wilayah Indonesia hanya sekitar 1,3% dari luas bumi, Indonesia
memiliki tingkat keberagaman kehidupan yang sangat tinggi.
Merujuk artikel Keanekaragaman
Hayati Flora di Indonesia yang ditulis Cecep Kusmana dan Agus Hikmat
(2017), bicara kategori tumbuhan atau flora, Indonesia setidaknya memiliki 25%
dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia. Ini berarti Indonesia
merupakan urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000
spesies, di mana 40 persen di antaranya merupakan tumbuhan endemik atau asli
Indonesia. Famili tumbuhan yang memiliki anggota spesies paling banyak adalah
anggrek-anggrekan (Orchidaceae).
Sementara, bicara anggrek lndonesia
dikenal sebagai salah satu pusat keragaman anggrek di dunia. Petatah-petitih
Melayu, “tak kenal maka tak sayang”, tampaknya masih relevan sebagai alasan
menulis soal keragaman spesies anggrek Indonesia.
Spesies Asli
Anggrek (Orchidaceae)
merupakan tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Tak heran,
apabila tanaman anggek bisa dijumpai hampir di seluruh bagian di dunia. Lokasi
tumbuh mereka juga bisa sangat beragam. Mulai dari daerah dataran rendah hingga
dataran tinggi, mulai dari kawasan yang bersuhu dingin hingga bersuhu panas.
Secara umum anggrek bisa digolongkan
menjadi dua, yaitu epifit dan terresterial. Kategori epifit
merupakan jenis anggrek yang tumbuhnya menempel pada tanaman lain, namun tidak
bersifat parasit atau merugikan tanaman yang ditumpanginya. Contoh anggrek
jenis ini ialah genus Dendrobium, Bulbophyllum, dan Coelogyne.
Sedangkan kategori terresterial adalah anggrek yang tumbuhnya di tanah,
contohnya ialah genus Spathoglottis, Calanthe, dan Paphiope-dilum.
Merujuk buku berjudul Anggrek
Spesies Indonesia, yang diterbitkan oleh Direktorat Pembenihan Hortikultura
Kementrian Pertanian Republik Indonesia, sejauh ini setidaknya telah teridentifikasi
sekitar 750 famili, 43.000 spesies dan 35.000 varietas hibrida anggrek dari
seluruh penjuru dunia.
Indonesia sendiri kurang lebih
memiliki 5.000 spesies. Di antara jumlah tersebut diketahui merupakan spesies
asli Indonesia, baik yang tumbuh di hutan belantara maupun telah dibudidayakan
oleh masyarakat. Dari jumlah itu, 986 spesies tersebar di Pulau Jawa; 971
spesies berada di Pulau Sumatra; 113 spesies tumbuh di Kepulauan Maluku; dan
sisanya bisa ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya, Nusa Tenggara, dan Kalimantan.
Penting dicatat di sini, anggrek
spesies adalah istilah untuk merujuk tanaman anggrek yang tumbuh secara alami
dan pada umumnya berkembang di ekosistem hutan, serta belum dikawinsilangkan
secara buatan dengan anggrek jenis lain. Anggrek spesies juga sering disebut
angrek hutan merupakan plasma nutfah sebagai sumber keragaman hayati.
Merujuk Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan
dan Satwa yang dilindungi, terdapat 27 anggrek yang statusnya ditetapkan
sebagai dilindungi dari ancaman kepunahan.
Masih dalam kerangka konservasi,
pada 9 Januari 1993 pemerintah melalui Surat Keputusan Presiden (Keppres) No 4
tahun 1993 menetapkan Anggrek Bulan sebagai Puspa Pesona. Bernama latin Phaleonopsis
amabilis, anggrek ini tumbuh menempel pada batang atau cabang pohon
merupakan salah satu jenis anggrek endemik Indonesia. Adalah Karl Ludwig von
Blume (1796 - 1862), seorang ahli botani berdarah Jerman Belanda, ialah sang
pemberi nama. Phalaenopsis terdiri dari dua kata Bahasa Yunani, yakni “phalaena”
dan “opsis”, yang berarti tampak mirip kupu-kupu. Sementara, amabilis
berarti indah dan mempesona. Warnanya yang putih memancarkan keindahan membuat
Anggrek Bulan Putih ini, demikian sohor disebut, terpilih sebagai bunga
nasional Indonesia.
Menariknya, merujuk kembali buku Anggrek
Spesies Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 500 spesies adalah
komoditas bernilai komersial untuk dikembangkan. Merujuk catatan Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian dalam Outlook Anggrek (2015), jenis anggrek yang
banyak dibudidayakan untuk tujuan komersial adalah Dendodrium, Cattleya,
Vanda, dan Orcidium. Anggrek Dendrobium merupakan salah
satu jenis anggrek yang banyak digemari. Selain harga yang cukup terjangkau,
budidaya anggrek Dendrobium juga nisbi mudah dilakukan.
Seperti diketahui, tanaman anggrek
di lndonesia menempati posisi penting dalam industri florikultura. Florikultura
ialah cabang ilmu hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman hias seperti
bunga potong, tanaman pot, atau tanaman penghias taman.
Bicara keunggulan anggrek dari aspek
bisnis disebabkan, antara lain, jenisnya yang beraneka ragam, baik itu terkait
bentuk dan warna serta ukuran bunganya. Selain itu, juga umumnya memiliki
periode fase hidup yang lebih panjang dibandingkan bunga potong lainnya.
Pemasaran anggrek bisa dalam bentuk compot, tanaman individu atau tanaman
remaja, tanaman dewasa dan bunga potong.
Kembali pada anggrek spesies. Bicara
anggrek spesies sejatinya merupakan titik tolak produksi hasil silangan yang
mempunyai nilai ekonomis. Keanekaragaman anggrek spesies di Indonesia jelas
jadi potensi sebagai induk silangan. Adanya banyak induk silangan ini jelas
memungkinkan munculnya temuan anggrek varitas-varitas baru.
Kebun Anggrek |
Hasilnya akhirnya, diharapkan bukan saja akan
semakin memperkaya dan menambah keanekaragaman hayati anggrek di Indonesia,
tetapi lebih jauh memberi keunggulan komparatif tersendiri atas komoditas
anggrek indonesia yang bernilai ekonomis tersebut.